Review The Serenity Passport

Apa yang kamu lakukan ketika hatimu suntuk dan harimu terasa berat akibat tuntutan hidup yang seolah semakin kompleks? Ya, setiap orang punya latar belakang, pengalaman, dan sudut pandang yang berbeda. Tentu, cara menyikapinya pun berbeda-beda.

Kata Hippocrates, seorang dokter dan filsuf Yunani yang hidup sekitar 2500 tahun yang lalu, “Jika suasana hatimu sedang buruk, pergilah jalan-jalan. Jika suasana hatimu masih buruk, pergilah jalan-jalan lagi.”

Yap, jalan-jalan. Itu lumayan bekerja pada saya. Ketika saya merasa kepala sudah terlalu penuh, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan, menikmati segarnya udara pagi di bawah pepohonan yang rindang atau di antara tanaman bebungaan yang sedang mekar. Pokoknya segala aktivitas yang terhubung dengan alam.

Review The Serenity Passport


Ini mirip dengan dua konsep di Jepang, yaitu Komorebi dan Shinrinyoku. Rata-rata orang Jepang menyukai pepohonan. Komorebi menggambarkan kecantikan cahaya matahari yang terpancar lembut melalui sela-sela dedaunan. Sementara Shinrinyoku merujuk pada aktivitas menikmati cahaya matahari, tetapi pada suasana yang tenang di dalam hutan. Bisa membayangkan kenyamanannya?

Kita hidup dalam dunia modern yang bergerak serba cepat. Terkadang, sekadar ingin jeda sejenak saja, rasanya tidak mudah. Berbagai distraksi akibat notifikasi dari banyak macam aplikasi membuat kita jenuh. Kita perlu suasana hening dan tenang. Kita perlu digital detox. Kita perlu refreshing.

Mari jalan-jalan, refreshing sejenak mengelilingi dunia melalui buku The Serenity Passport, lalu memetik beberapa kata yang mungkin bisa kita terapkan untuk membantu menghadirkan suasana yang lebih rileks.

Review The Serenity Passport


Buku ini penuh warna pastel dengan ilustrasi yang cantik. Berisi lebih dari 30 istilah dari berbagai negara, yang tidak bisa diterjemahkan secara harfiah, untuk menggambarkan suatu kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan. Terbagi ke dalam lima bab, membahas tentang fokus dan kesadaran, badan dan kesehatan, kebiasaan dan ritual, istirahat dan relaksasi, serta kesabaran dan ketenangan.

Sebagian besar aktivitas dalam buku ini sudah pernah saya praktikkan, tentu saja, dengan cara dan istilah ala Indonesia. Istilah lain yang masih asing, mungkin saja suatu hari nanti bisa saya praktikkan juga sebagai pilihan kegiatan yang bisa dilakukan saat waktu luang.

Get ready!

Di Bulgaria, ada istilah Ayliak yaitu suatu konsep menjalani hidup secara pelan tanpa kekhawatiran dan bebas dari stres. Kota-kota di Bulgaria sering mengadakan berbagai festival secara rutin untuk mendukung konsep itu. Warga nya pun secara sadar dan menjadikan konsep hidup ini sebagai prioritas.

Beralih ke Hawaii, ada istilah Ho’oponopono yang berarti pembersihan mental melalui memaafkan. Karena tidak ada hal yang sempurna, akan sangat melegakan hati, jika kita bisa memaafkan diri sendiri, orang lain, serta keadaan di sekitar kita.

Dalam bahasa Sansekerta, kita akan menemukan Pranayama, suatu teknik mengontrol napas yang terdiri dari tiga langkah, yaitu menghirup, menyimpan, dan menghembuskannya secara perlahan. Saya telah mempraktikkan Pranayama karena menjadi bagian tak terpisahkan dari olahraga yoga yang terkadang saya lakukan. 

Menuju Perancis, kita akan bertemu dengan Flaneur, konsep jalan-jalan santai yang dilakukan dengan spontan tanpa tujuan, tetapi pikiran kita fokus untuk mengobservasi sekitar.

Saya pernah menulis review buku tentang Flaneur ini di sini

Review The Serenity Passport


Berbelok ke Spanyol, kita akan bersenang-senang dalam berbagai aktivitas pada hari Minggu dalam konsep Dominguear. Saya setuju banget, Minggu adalah hari libur yang sudah selayaknya dinikmati. Harapan menjalankan berbagai aktivitas menyenangkan pada hari Minggu adalah, energi kita bisa terisi penuh kembali untuk mengahadapi hari-hari kerja sepekan ke depan.

Serupa tapi tak sama, di Swedia ada Fredagsmys, yang berarti kenyamanan pada Jumat malam. Orang-orang kantoran harus banget menerapkan ini. Say no to lembur pada Jumat malam! Bayangkan, pulang kerja tepat waktu, lalu kita sudah menyiapkan ruangan senyaman mungkin yang bisa kita gunakan melakukan aktivitas ringan apa saja, dengan menyiapkan cemilan atau iringan instrumental yang disukai. 

Berlanjut ke Kroasia, kita akan menemukan Fjaka, suatu konsep relaksasi badan dan pikiran, tidak melakukan apa-apa, melamun, dan menikmati kantuk. Ini kalau di Indonesia, namanya gegoleran, hehehe.

Bersambung ke Denmark, kita berjumpa dengan Morgenfrisk, konsep kesegaran pada pagi hari, merasa nyaman saat bangun pagi. Untuk bisa bangun pagi dengan segar, tentu ada ritual-ritual yang perlu dilakukan saat malamnya, di antaranya tidak begadang, olahraga ringan, makan secukupnya, dan merilekskan pikiran dari hal-hal yang menggelisahkan.

Review The Serenity Passport


Beranjak ke Jerman, kita bersua dengan Konflikjfahigkeit (jujur lidah saya terasa keriting ketika membacanya, Jerman gemar banget menumpuk tripel huruf konsonan dalam bahasanya). Konflikjfahigkeit berarti kemampuan untuk mengatasi perbedaan pendapat, menemukan solusi yang adil, dan meningkatkan toleransi. Ini pun saya setuju banget. Sebagai makhluk sosial, kita akan menemukan berbagai macam perbedaan yang  tidak selalu bisa dikompromikan. Hanya dengan mengembangkan sikap toleransi, konflik yang timbul dari perbedaan itu bisa diminimalisir.

Sebenarnya masih banyak konsep kebijaksanaan yang menghadirkan ketenangan dari negara-negara lainnya termasuk Indonesia, tetapi saya akan menutup catatan ini dengan kembali lagi ke Jepang, tepatnya Okinawa, daerah di Jepang yang dikenal karena warganya banyak yang mencapai usia 100 tahun. Apa rahasianya? Salah satunya adalah Nuchi Gusui, yaitu memperlakukan satu piring sebagai obat untuk hidup. Jadikan piring kita berwarna-warni, dengan makanan yang lengkap nutrisinya. Dengan mengonsumsi makanan sehat, badan pun menjadi bugar. Badan sehat dan bugar akan memberikan pengaruh baik pada kesehatan mental dan spiritual. Seperti istilah yang sudah sangat kita kenal, mens sana in corpore sano

Review The Serenity Passport


Jadi, kira-kira, besok kita jalan-jalan ke mana lagi?

Judul Buku : The Serenity Passport
Penulis         : Megan C Hayes PhD
Penerbit         : White Lion Publishing
ISBN        : 978-1781319161
Bahasa         : Inggris

You Might Also Like

No comments