Review Film Totto-chan: The Little Girl at the Window

Film Totto-chan: The Little Girl at the Window adalah film animasi yang diadaptasi dari autobiografi Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini pertama kali terbit pada tahun 1981 di Jepang dengan judul Madogiwa Totto-chan. Sebelum disusun menjadi buku, awalnya diterbitkan sebagai artikel bersambung dalam sebuah majalah. 

 Review Film Totto Chan

Buku Totto-chan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa dan menjadi salah satu buku paling laris dalam sejarah Jepang. Di Indonesia, buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela.

Karena buku Totto-chan ini adalah salah satu autobiografi kesukaan saya, maka saya begitu gembira ketika diadaptasi menjadi film.

Berlatar tahun 1940-an, Totto-chan (panggilan Tetsuko Kuroyanagi) mulai bersekolah di SD Tomoe Gakuen, setelah sebelumnya beberapa kali dikeluarkan dari sekolah formal karena dianggap nakal.

SD Tomoe Gakuen ini unik karena tidak menempati ruang kelas layaknya sekolah pada umumnya, tetapi bekas gerbong-gerbong kereta api. Sang Kepala Sekolah dan pendidik, Sosaku Kobayashi juga membuat kurikulum sendiri. Kurikulum ini memungkinkan para siswa bebas memilih mata pelajaran yang disukai setiap harinya! Bayangkan, betapa menyenangkannya!

Buku Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela

Yang selalu saya ingat, setiap hari para siswa harus membawa bekal yang isinya sesuatu dari laut dan darat. Kepala sekolah dan istrinya akan memeriksa bekal itu setiap hari sebelum makan siang bersama. Jika ternyata tidak ada sesuatu dari laut atau darat dalam bekal, istri Kepala Sekolah akan menambahkan lauk, sesuatu dari laut atau darat itu, yang sengaja ia masak setiap hari, untuk memastikan para siswa mendapatkan nutrisi yang seimbang. Ini sungguh mengharukan.

Bagi Totto-chan yang banyak bicara dan sangat aktif, sekolah ini bagaikan 'surga' untuknya. Dia bertemu pendidik yang sangat memahaminya sekaligus teman-teman dengan berbagai karakter yang melengkapinya.

Adaptasi film yang diproduksi oleh Shin-Ei Animation ini menyuguhkan visualisasi yang memukau. Tak bisa dipungkiri, Jepang memang unggul dalam animasi. Namun, ada satu bagian adegan yang saya sayangkan, yaitu ketika Totto-chan dan teman-teman sekelasnya berenang bersama dalam satu  kolam. Saya lupa apakah dalam bukunya menjelaskan adegan itu begitu rinci seperti itu atau tidak. Menurut saya, penggambaran anak-anak yang semuanya naked berenang bersama dalam satu kolam itu tidak etis, apalagi dalam budaya ketimuran.

 

Kebahagiaan Totto-chan di Tomoe Gakuen tidak berlangsung lama. Pada tahun 1945, Tomoe Gakeun termasuk salah satu bangunan yang terkena bom, seiring Jepang menyerah melawan Sekutu pada Perang Dunia II. Sang Kepala Sekolah tidak membangun sekolahnya kembali, tetapi tetap memberikan pesan-pesan menyentuh pada anak-anak didiknya terkait masa depan.

Berpuluh tahun kemudian, Totto-chan menulis artikel yang kemudian disusun menjadi buku untuk didedikasikan kepada sang Kepala Sekolah, yang telah berperan besar dalam membentuk kepribadiannya. Totto-chan atau Tetsuko Kuroyanagi juga membuat acara TV-nya sendiri, menjadi duta UNICEF, serta duta besar Jepang untuk Angola.

Totto-chan masih hidup hingga saat ini. She truly is the epitome of the phrase 'forever young'. Suaranya muncul sebagai narator epilog menyentuh yang menutup film ini.

Jujur, ketika membaca bukunya, dulu sekali, saya merasa tertampar. Kini, ketika menonton filmnya pun saya kembali merasa tertampar. Bagaimana tidak? Latar kisah Totto-chan adalah ketika Perang Dunia II. Saat itu Nusantara masih terjajah oleh Jepang.

Saya membayangkan betapa kontrasnya perbedaan itu. Ketika sebagian besar orang di Nusantara buta huruf. Di sana, di negeri penjajahnya, seorang anak yang baru masuk SD, Totto-chan sudah sangat mandiri, berangkat sekolah sendiri dengan menaiki kereta yang terjamin keamanannya. Menginjak setahun dua tahun bersekolah, tahu apa yang dia baca? Uncle Tom's Cabin! 'Berat' sekali bacaannya! Buku yang sampai sekarang, ketika Indonesia telah merdeka hampir 79 tahun, belum saya baca juga, padahal sudah jadi wishlist sejak kapan tahu!

Itu adalah sebuah pukulan telak bagi kita, eh saya!

Baiklah, mari berburu Uncle Tom's Cabin! Bye Totto-chan!



You Might Also Like

No comments