Pernahkah kamu merencanakan piknik atau pergi ke mana saja dengan rinci? Ada kalanya, sesuatu yang direncanakan malah tak terealisasi, bukan? Sebaliknya, justru hal-hal yang bersifat spontanitas lah yang akhirnya terlaksana.
Nah, jika kamu pernah pergi ke mana saja tanpa perencanaan dan tujuan yang jelas, kamu sedang ber-flaneuring. Buku The Art of Flaneuring ini tuntas membahas segala pernak-pernik tentang Flaneuring.
Sejarah Flaneuring
Pada dasarnya, Flaneur adalah seseorang yang berjalan kaki. Istilah Flaneur dikenal di Perancis pada akhir abad ke-19. Konon, saking Perancisnya, tak ada kata yang tepat untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa lain. Well, mungkin yang mengatakan itu belum mengenal bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan baik. Di Indonesia, Flaneuring bisa disebut dengan ‘keluyuran’. Dalam bahasa Jawa, bisa lah disebut dengan ‘mblayang’, hehehe...
Pada masanya, Flaneur begitu eksklusif, menggambarkan seorang laki-laki yang berasal dari kelas menengah ke atas yang memiliki hak istimewa untuk menikmati waktu luang dengan berkeliling kota tanpa tujuan tanpa harus memikirkan hal-hal lain dalam hidup, seperti pekerjaan. Dengan kata lain, Flaneur hanya ditujukan bagi bangsawan-bangsawan kaya.
Tokoh-Tokoh Flaneur dalam Sejarah
Ternyata banyak orang terkenal di dunia yang merupakan seorang Flaneur, di antaranya adalah:
1. Aristoteles, yang mengajar murid-muridnya sambil berkelana.
2. Charles Dickens, yang berjalan-jalan setiap hari sesudah menulis dan saat tak bisa tidur.
3. Henry David Thoreau, yang menemukan topik menulis dari lingkungan sekitar ketika sedang berjalan.
4. Ludwig van Beethoven, yang berlari ke pantai untuk mengisi ulang energinya.
Seiring berjalannya masa, pengertian Fleneur pun meluas, tak terbatas pada bangsawan laki-laki saja. Tapi menyetara ke semua orang, tanpa memandang gender dan status sosial. Semua orang bisa menjadi seorang Flaneur. Yang dibutuhkan hanya satu: hasrat untuk berkelana!
Manfaat Flaneuring
Flaneuring berarti kamu berjalan-jalan tanpa perencanaan dan tujuan. Yang harus kamu lakukan hanya terus berjalan dan meletakkan sementara segala kesibukan dalam hidup. Flaneuring membebaskan jiwa dari tekanan keseharian.
Berikut adalah beberapa manfaat Flaneuring yang saya rangkum dari buku ini:
1. Menghubungkan diri dengan dunia luar, sehingga kita bisa mengamati dan mengapresiasi lingkungan sekitar.
2. Menghirup udara bersih dan menyegarkan pikiran.
3. Membantu meredakan kegelisahan dan kecemasan yang berujung pada terjaganya kesehatan mental.
4. Menjaga kesehatan fisik untuk jangka panjang.
5. Mensyukuri anugerah badan yang berfungsi dengan baik.
6. Cara terbaik untuk melihat segalanya.
Cara Memulai Flaneuring
Awalnya bebaskan diri dari kegiatan rutin harian, buang jauh kekhawatiran mengenai ‘to do list’ dan biarkan pikiran bekerja dengan semestinya. Mulailah berjalan dan fokuskan pikiran pada detail-detail kecil yang ditemui di jalan.
Flaneuring bisa dilakukan di mana-mana, bahkan di tempat kerja sekali pun. Kita juga bisa melakukan Flanering saat berolahraga, bersepeda, dan menyetir. Bagaimana caranya? You must read this wonderful book!
Flaneuring membuat hari-hari lebih berenergi, menemukan pengalaman mengenai tempat baru dan segala detail yang lebih kecil. Flaneuring membantu kita menjadi lebih jeli, kreatif, dan bahagia.
No comments