“Bayangkan,
Jakarta. Kota yang sekarang tak terjangkau tangan kalian. Bayangkan ribuan
orang dari kota itu bersorak-sorai untuk kalian. Bayangkan ribuan orang di
stadion besar itu mengentak-entakkan kakinya meminta kalian tampil lagi.
Pernahkan kalian membayangkan, kalian menjadi pahlawan bagi ribuan orang ini.
Ribuan orang yang tak kalian kenal satu juga. Kemenangan kalian akan membuat
mereka sadar, bahwa siapa saja bisa menjadi pahlawan.”
-Rene-
Novel difilmkan,
itu sudah biasa. Tapi kalau skenario film dinovelkan, sepertinya itu masih
jarang. Dan 12 Menit, berhasil menjadi salah satunya. Oka Aurora mampu mengadaptasi
skenario film yang dituliskannya menjadi naskah novel. Sebuah novel yang terinspirasi
dari tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, yang berhasil menjadi juara umum
10 kali sampai tahun 2011 di perhelatan GPMB (Grand Prix Marching Band). GPMB
diadakan setiap tahun di akhir bulan Desember, diikuti oleh tim marching band
ternama dari seluruh Indonesia. Tentu akan menjadi luar biasa, jika kemenangan
itu diraih oleh sebuah tim yang berasal dari daerah. 12 Menit, kisah yang akan meyakinkan
kita pada kekuatan mimpi dan keteguhan berusaha.
Rasanya tidak
berlebihan jika 12 Menit dinobatkan sebagai novel inspiratif yang memukau.
Jalinan cerita di dalamnya adalah gambaran tentang kehidupan yang ada di
sekitar kita, rasanya begitu dekat. Oka menyajikannya dengan bahasa yang fresh, renyah dan mudah dipahami. Oka
juga lihai menempatkan karakter sesuai tokohnya, tak terjebak dalam keakuannya
sebagai pengarang. Banyaknya tokoh yang ia ciptakan sepertinya tidak
menghambatnya dalam mengotak-ngotakkan sesuai dengan ciri khasnya
masing-masing. Semua karakter mengalir begitu saja, mengikuti ke mana arah
penyelesaian masalah dari masing-masing tokoh itu harus bermuara.
Sebagai novel
inspiratif, tentu banyak nilai moral yang bisa kita petik di dalamnya. 12 Menit
merangkumnya dalam jalinan cerita dan interaksi di antara tokoh-tokohnya. Menjadi
pembelajaran yang berharga, mulai dari proses perjuangan meraih kemenangan itu.
Suka duka, jatuh bangun, rintangan yang harus dihadapi sampai pada jalan
setapak impian yang siap terbentang di hadapan. Dan inilah taburan inspirasi itu:
Semangat adalah
roh kehidupan yang menjiwai manusia. Semangat itu berasal dari diri sendiri.
Nilai semangat dari novel ini diwakili oleh hampir seluruh tokohnya yang sangat
variatif. Masing-masing mempunyai garis nasib yang berbeda. Masing-masing
mempunyai semangat dalam menjalani hari dan lika-liku yang menyertainya.
Perjuangan adalah
kerja keras tanpa kenal lelah dalam meraih sesuatu. Nilai perjuangan ini juga
diwakili oleh hampir semua tokohnya. Masing-masing mempunyai impian.
Masing-masing berusaha memberikan porsi usaha terbaik demi pencapaian impian
itu.
Mereka telah
mengorbankan sebagian waktu yang dimiliki demi latihan itu. Ribuan jam telah
mereka lewati hanya untuk 12 menit penentuan. Tanpa disiplin yang ketat, ketahanan
dan keuletan, mustahil keberhasilan itu akan diraih. Kedisiplinan mengajarkan
mereka untuk fokus pada tujuan utama. Menjadi pemenang, menjadi kebanggaan.
Tanpa kerja sama
yang baik antar anggotanya, sebuah tim marching band tidak akan terlihat
kompak. Mereka bersatu padu menciptakan formasi terbaik yang bisa mereka
persembahkan. Saat ada satu celah saja yang kosong, akan terlihat timpang dan
tidak menarik. Kebersamaan itu dibutuhkan untuk melengkapi semuanya.
Interaksi antar
sesama tokoh itu akhirnya menumbuhkan bibit persahabatan. Tanpa adanya jalinan
rasa itu, mustahil akan diperoleh jiwa kebersamaan. Sesuatu yang memberi
‘nyawa’ pada permainan marching band mereka. Walau ada beberapa perbedaan
status sosial, itu tak menjadi masalah dalam merajut persahabatan.
Kehadiran
keluarga sangat berarti. Ketiadaannya seakan menghapus separuh asa dalam diri. Arti
penting keluarga itu tercermin dalam interaksi antara Tara, oma, opa dan ibunya
yang akhirnya luluh dan kembali dalam rengkuhan. Juga terlihat dalam
permasalahan Elaine, ibu dan ayahnya, yang akhirnya menyadari bahwa keberhasilan
anak adalah kebahagiaan orang tua. Tak ketinggalan, interaksi antara Lahang dan
bapaknya juga menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangatlah penting untuk penggapaian
cita.
Ada nilai
kebersahajaan yang dibangun oleh tokoh Lahang. Hidupnya yang sangat sederhana
tidak menghalanginya untuk menyulam impiannya, untuk hidupnya yang lebih baik
di masa mendatang. Meskipun banyak aral coba melintang, tapi keyakinannya
terpatri kuat. Impian sederhana bagi banyak orang, tapi spektakuler bagi
seorang Lahang. Impian ‘warisan’ almarhumah ibunya yang coba ia sambung. Ya, Bagi
Lahang, Monas bukanlah sekadar tugu bersejarah yang wajib dikunjungi. Monas
adalah perlambang. Lambang perubahan hidup. Jika ia bisa mencapai monas, ia
punya kemungkinan lebih besar untuk mencapai tugu-tugu di kota lain. Atau
mungkin juga di negara lain. Dan untuk mewujudkannya, Lahang harus berpacu
dengan waktu yang ternyata tak bisa berkompromi dengan detak-detik nafas
bapaknya. Sebagian isi novel yang akan mengaduk emosi dan menguras air mata
pembaca ada di sini.
Elaine, tumbuh
dengan tahu persis apa minatnya. Ia begitu mencintai musik. Biola sudah menjadi
bagian kesehariannya. Kepindahan keluarganya ke Bontang mengharuskannya melepas
kecintaannya itu. Tapi bukan berarti ia menyerah pada keadaan. Di Bontang, ia
mengalihkan minatnya pada marching band, sesuatu yang masih berhubungan dengan
musik. Dengan perjuangan yang tidak mudah, ia hampir berhasil menjadi field commander. Tiba-tiba ia dihadapkan
pada dilema, pilihan antara mengikuti timnya maju ke GPMB atau mengharumkan
nama sekolah dengan mengikuti olimpiade fisika. Keadaan semakin sulit, karena
ia harus berhadapan dengan ayahnya yang tak pernah menyetujui kegiatan marching
bandnya. Tapi, ia tak menyerah begitu saja. Ia punya kemauan kuat, yang
akhirnya mengalahkan keraguannya. Dan ia telah menentukan keputusan yang tepat.
Tak mudah menjadi
seorang Tara. Ia kehilangan hampir seluruh pendengarannya dalam sebuah
kecelakaan, yang juga merenggut kehidupan ayahnya. Ia hanya tumbuh bersama oma
dan opanya. Sementara ibunya ‘menjauh’ demi keegoisan mewujudkan impiannya
sendiri. Marching band adalah solusi tepat untuk Tara. Setidaknya, itulah yang
omanya pikirkan. Karena semakin sering Tara bergaul dengan banyak orang, ia akan
semakin cepat mandiri. Dan Tara berhasil menukar keterbatasannya dengan
berprestasi sebagai seorang pemain snare
drum yang handal. Sesuatu yang mustahil, tapi nyatanya Tara mampu
menaklukkan tantangan itu.
Rene adalah
gambaran dari kata ambisius, tegas dan keras kepala. Tapi justru itulah yang
menumbuhkan kepercayaan dirinya. Sebagai lulusan fakultas Music Education and Human Learning, ia terbiasa latihan keras dan
panjang. Ia berhasil menjadi anggota Phantom
Regiment, sebuah corps kelas
internasional. Mulai dari anggota snare,
section leader hingga menjadi salah
satu instruktur. Itu semuanya membentuknya menjadi seorang pelatih yang
disiplin dan sedikit kaku. Tapi sisi baiknya, ia peduli dengan impian anak-anak
asuhnya. Misinya sebagai pemimpin adalah membawa mereka dikenal seluruh
Indonesia. Itu berarti harus menjadi yang terbaik. And she did her best. Ia berusaha keras menularkan semangat percaya
dirinya, benih dari kemenangan itu.
Komposisi yang selaras
dalam permainan marching band adalah cermin keseimbangan dalam harmoni
kehidupan. Jika semua nada pas dalam melodinya, akan tercipta kombinasi keindahan
suara dalam keteraturan. Dan lagu kehidupanpun akan berdenting dengan syahdunya.
Salut dengan kelihaian Oka, mampu menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan
marching band dengan begitu rapi dan detail.
Mimpi adalah awal
dari segalanya. Percayalah pada mimpimu, lalu yakinkan hati untuk
mewujudkannya. Beranilah bermimpi! Seperti pesan bapak Lahang pada putra semata
wayangnya, “Berapa pun waktu yang
diberikan, tak seharusnya dihabiskan dengan ketakutan. Karena ketakutan, tak
akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu hanyalah
keberanian.”
Vincero! Dan
kemenangan itupun membayang di pelupuk mata. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Bukti, bahwa prestasi bisa menjadi milik semua orang. Tak peduli siapapun atau
dari manapun ia berasal. Sepanjang ia berusaha keras, kelak ia akan memetik
buah manisnya.
12 Menit adalah
inspirasi untuk semua. 12 Menit adalah novel untuk segala usia. Nantikan juga
kehadiran filmnya. Segera, siap menghentak bioskop di seluruh Indonesia!
Judul Buku : 12 Menit
Pengarang : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books
Tebal : xiv + 348
Halaman; 14x21 cm
Terbit : Mei 2013
ISBN : 9786027816336
Wow... reviewnya bagus. Semoga menang, :)
ReplyDeleteAamiin.. Hehe, makasih do'anya mbak Nia :)
Deletepuanjang n lengkap banget santi.. gutlak ya :)
ReplyDeleteAamiin, tengkiu ya mbak Bin-bin :)
DeleteSukses ya santi :)
ReplyDeleteMakasih Dudi :)
DeleteNice review. Klo menang, traktiiir di MTA skalian ng-aisketing or ke JungleLand yoo :p
ReplyDeleteIh, kapan sih elu kagak minta traktir pit.. elu yang nraktir gue aje nape :p
DeleteTengtengkiu ya..